Nomor: SP. 269/HUMAS/PP/HMS.3/7/2019
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin, 22 Juli 2019. Tiga Peneliti dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (BLI) KLHK dikukuhkan sebagai Profesor Riset baru. Mereka adalah Hendra Gunawan dan Raden Garsetiasih dari bidang konservasi keanekaragaman hayati, dan Sri Suharti dari bidang ekonomi sosial kehutanan. Pengukuhan Profesor Riset ini dilakukan di Auditorium Soedjarwo, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, (22/07/2019).
Bambang Hendroyono mewakili Menteri LHK dalam Pengukuhan Profesor Riset ini, dalam sambutannya membacakan sambutan Menteri LHK ditekankan bahwa Peneliti KLHK dituntut untuk mampu beradaptasi dan memegang peranan yang penting di dalam kemajuan IPTEK. Peneliti KLHK tidak boleh tertinggal dengan negara maju dan negara berkembang lainnya di dalam pengembangan IPTEK dan harus mampu menjadi pemain pertama dan utama di dalam setiap perkembangan IPTEK di dunia.
"Peneliti harus mampu menjadi problem solver atas permasalahan yang berkembang di masyarakat sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Disamping itu, Peneliti harus mampu menjadi pakar atau spesialis di bidangnya dan mampu mengembangkan jejaring penelitian dan kerjasama baik di level nasional maupun internasional. Hal ini merupakan satu tonggak penting dari upaya menjadikan peneliti BLI sebagai salah satu ujung tombak dari penguatan IPTEK di lingkungan KLHK," ujar Bambang membacakan Sambutan Menteri LHK.
Kemudian pada orasi ilmiah masing-masing Profesor Riset yang dikukuhkan, Hendra Gunawan tercatat menjadi peneliti Macan Tutul Jawa pertama di Indonesia yang menjadi Profesor Riset. Orasi ilmiahnya dalam pengukuhannya sebagai Profesor Riset berjudul "Inovasi Konservasi Habitat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) di Lanskap Hutan Terfragmentasi". Orasi ilmiah dari pria kelahiran Banjarnegara 55 tahun silam ini menjelaskan tentang perlunya inovasi dalam konservasi habitat Macan Tutul Jawa menghadapi fragmentasi hutan di Pulau Jawa yang semakin tinggi.
"Fragmentasi hutan menyebabkan meningkatnya efek tepi pada habitat Macan Tutul Jawa, padahal Macan Tutul Jawa merupakan satwa interior yang mengambil jarak dari tepi habitat sejauh 500 sampai 1500 meter. Hal ini berarti fragmentasi hutan menyebabkan luasan habitat efektif Macan Tutul Jawa menjadi berkurang," ujar Profesor Riset Hendra.
Profesor Riset Hendra pun menambahkan jika hutan yang terfragmentasi atau telah dipotong-potong oleh jalan, perkebunan dan lahan pertanian berarti telah memotong daerah jelajah satwa. Hal tersebut menyebabkan satwa-satwa terpaksa melintasi jalan raya, permukiman, lahan perkebunan dan ladang masyarakat untuk jelajah hariannya dalam mencari makan atau mencari pasangan kawin. Di saat satwa-satwa terebut melintasi jalan, permukiman, perkebunan atau lahan pertanian, dapat terjadi insiden/konflik manusia dengan satwa, misalnya satwa merusak dan memakan tanaman, atau bahkan menyerang manusia dan memangsa ternak.
Sebelum dikukuhkan, Profesor Riset Hendra merupakan Peneliti Ahli Utama di BLI KLHK. Beliau telah menghasilkan 127 karya tulis ilmiah (KTI) diterbitkan diantaranya adalah 28 Buku, 71 karya tulis populer dan tidak diterbitkan, 16 Hak Kekayaan Intelektual (Hak cipta buku), dan Penghargaan MURI untuk Kurikulum dan buku-buku Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove yang disusun bersama Tim.
Berikutnya Sri Suharti dalam pengukuhan Profesor Risetnya melakukan orasi ilmiah dengan judul "Kebijakan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat: Dari Partisipasi Menuju Inklusi". Orasi ilmiah tersebut disampaikan wanita kelahiran Yogyakarta 57 tahun silam ini menekankan pentingnya kebijakan inklusi dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat alih-alih hanya kebijakan partisipatif.
