Nomor : SP. 391/HUMAS/PP/HMS.3/12/2017
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa, 5 Desember 2017. Soft diplomacy atau diplomasi secara tidak langsung, menjadi salah satu keunggulan Indonesia dalam komunikasi perubahan iklim global. Hal ini terbukti saat pelaksanaan Conference of The Parties (COP) ke-23 United Nations Framework of Climate Change Convention (UNFCCC), di Bonn, Jerman, November lalu, Indonesia menjadi negara yang paling informatif dalam menyampaikan implementasi aksi perubahan iklim.
Sebagaimana disampaikan oleh Rahmat Witoelar, sebagai Utusan Khusus Presiden dalam Perubahan Iklim, soft diplomacy menjadi strategi komunikasi yang efektif, seiring berjalannya negosiasi oleh Delegasi R.I. di COP-23. Hal ini dikemukakan dalam Pertemuan Komunikasi Stakeholder Hasil United Nations Climate Change Conference COP-23/CMP-12/CMA1.2 UNFCCC, di Jakarta (5/12/2017).
Menteri LHK pada sambutan pembukaan Pertemuan Komunikasi Stakeholder yang dibacakan oleh Nur Masripatin, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI), sekaligus sebagai National Focal Point UNFCCC, menyampaikan bahwa terdapat 29 Keputusan (Decisions) hasil perundingan COP-23/CMP-1, yang terdiri dari 22 keputusan (COP-23), dan 7 keputusan (CMP-13).
- Masuk untuk komentar
- Daftar untuk komentar
