Nomor : SP. 155/HUMAS/PP/HMS.3/03/2018
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis, 22 Maret 2018.
Aktivitas pembukaan lahan dengan membakar diduga menjadi salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa wilayah rawan. Pemerintah terus melakukan sosialisasi metode pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB), serta pembuatan sekat bakar untuk mencegah pembakaran meluas.
Guna mendukung upaya masyarakat dalam PLTB, KLHK mengembangkan teknik pembuatan cuka kayu yang memanfaatkan limbah sisa dari tebangan dan pembersihan lahan.
Cuka kayu bisa menjadi solusi alternatif untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Proses ini meminimalisir potensi karhutla karena limbah sisa organik tersebut tidak dibakar di atas lahan dan kebun, melainkan dibakar di atas tungku.
Salah satu upaya untuk mengenalkan lebih luas salah satu teknik PLTB ini dilaksanakan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (21/03/2018).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Kalimantan di kantor Daerah Operasional Manggala Agni Wilayah Ketapang, Kalimantan Barat. Kegiatan dihadiri oleh beberapa instansi pemerintahan baik pusat, kabupaten, kecamatan, maupun desa, NGO, para pelaku usaha di bidang Perkebunan Kelapa Sawit dan HTI, serta kelompok masyarakat.
Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupetan Ketapang, Edy Junaidi, mewakili Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan sosialisasi ini.
"Saya berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan lagi dan kalau bisa hingga ke tingkat tapak, sehingga informasi dapat diterima langsung oleh masyarakat secara lebih luas", ujar Edy.
Produk cuka kayu masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat Kalimantan pada umumnya. Padahal bahan-bahan untuk membuatnya sangat banyak dijumpai. Jika bahan-bahan berupa limbah hasil pembersihan lahan bisa dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, tentunya akan sangat mengurangi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Cuka kayu memiliki berbagai macam manfaat, seperti yang dikemukakan Kepala Daops Manggala Agni Ketapang, Rudi Windra Darisman. Dijelaskannnya, bahwa cuka kayu memiliki berbagai macam manfaat seperti untuk pengentalan karet alami, deodorant (penghilang bau), anti bakteri untuk ternak, campuran makanan untuk ternak, serta untuk penggunaan lain di bidang pertanian dan kesehatan.
"Cuka kayu memiliki nilai jual tinggi yang dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat. Pengembangan usaha alternatif ini juga sangat sejalan dengan program pencegahan karhutla", ujar Rudi.
Rudi juga menambahkan bahwa pengembangan usaha cuka kayu saat ini masih terkendala pada pemasaran produk. Tantangan ini diharapkan bisa segera teratasi, agar usaha cuka kayu bisa semakin dikembangkan oleh masyarakat.
Sementara, pantauan Posko Pengendalian Karhutka KLHK pada Rabu, 21 Maret 2018, pukul 20.00 WIB, mencatat 2 hotspot yang terpantau satelit NOAA-19 di Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Sedang Satelit TERRA-AQUA (NASA) mencatat satu hotspot di Sulawesi Selatan.
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi
- Masuk untuk komentar
- Daftar untuk komentar
