Siaran Pers

Agroforestri Cegah Erosi-Sedimentasi Hutan Jati

2 Juni 2018 , dibaca 2661 kali.

Nomor : SP. 292/HUMAS/PP/HMS.3/06/2018

Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sabtu, 2 Juni 2018. Hutan jati telah mendatangkan pendapatan negara melalui perdagangan kayunya yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu sistem agroforestri jati dengan tanaman pangan maupun empon-empon yang diberlakukan pada pengelolaan hutan jati telah memberikan sumbangsih kepada masyarakat di sekitar hutan.

Pada musim kemarau, daun jati gugur dan tanah terbuka. Jika terjadi pada awal musim penghujan turun hujan, maka tanah yang terbuka tersebut akan mengalami erosi. Tanah hasil erosi pada lahan berlereng akan terangkut oleh limpasan permukaan menuju ke sungai dan menjadi sedimen. Oleh karena itu bahaya erosi - sedimentasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) berhutan jati perlu diwaspadai.

Untuk mengatasi permasalahan erosi tersebut, menurut, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mencari sumber-sumber erosi - sedimentasi. Disampaikan oleh peneliti pada Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS) Solo, Tyas Mutiara Basuki, sumber erosi-sedimentasi lain yang penting untuk diperhatikan adalah erosi tebing sungai.

"Sedimen terlarut pada sub DAS dengan penutupan hutan jati tua 82% berkisar antara 3 hingga 17 ton/tahun, sedangkan untuk sub DAS dengan penutupan hutan jati tua 53% sedimen terlarut berkisar antara 8 hingga 59 ton/tahun,