SIARAN PERS
Nomor : SP. 689 /HUMAS/PP/HMS.3/12/2018
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin, 10 Desember 2018. Indonesia - Australia memiliki sejarah kerja sama yang cukup panjang. Sebelumnya Indonesia bersama Australia telah sukses melaksanakan Asia Pacific Rainforest Summit (APRS) bulan April 2018 lalu di Yogyakarta, yang menghasilkan banyak kesepakatan diantara negara-negara Asia Pasifik untuk penyelamatan hutan hujan kawasan ini.
Indonesia - Australia juga telah melakukan kerjasama dalam bidang penghitungan karbon yang akhirnya tertuang dalam Indonesia National Carbon Accounting System (INCAS), yang merupakan sistem pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) dari Gas Rumah Kaca (GRK), termasuk aktivitas REDD+.
Saat bertemu dengan Menteri Lingkungan Australia, Melissa Price, di Sekretariat Delegasi Indonesia (Delri) di sela acara Konferensi Iklim PBB COP 24 di Katowice, Polandia (10/12), Menteri LHK, Siti Nurbaya mengatakan, Indonesia mendapatkan dukungan dari Australia terkait perubahan iklim dalam INCAS atau Indonesia National Carbon Accounting System.
"Australia juga mendukung kita dalam pengembangan instrumen untuk mengukur, melaporkan, dan verifikasi. Hal ini penting dalam penghitungan emisi karbon", kata Menteri Siti.
Selain itu, menurut Menteri Siti, Indonesia-Australia sepakat mengagendakan kerja sama dalam hal pengelolaan gambut, mangrove, serta sampah plastik laut. "Untuk pelaksanaan kesepakatan masih menunggu kejelasan teknis implementasi", jelas Siti.
Indonesia memiliki target penurunan emisi sebesar 29% pada 2030 dan dengan dukungan internasional target tersebut menjadi 41%, dimana penurunannya ditargetkan sebesar 17% dari kehutanan termasuk dari blue carbon forest terutama mangrove, sementara 11% penurunan dilakukan melalui sektor energi. Australia memiliki target NDC 26-27%.
Sementara itu, Melissa Pice menyambut baik kerja sama kedua negara di bidang lingkungan, terutama kehutanan. "Selamat kepada Indonesia yang mendapat hasil bagus dalam kehutanan. Dalam lingkup yang lebih luas, dalam hal isu blue carbon dan sampah plastik laut juga tebuka luas kerja sama karena Indonesia dan Australia sama-sama memiliki kepedulian yang mendalam terhadap hal tersebut", ucap Melissa.
Rencana kedepan, Indonesia - Australia diharapkan dapat menggiatkan kembali Working Group on Environment and Climate Change, yang terakhir kali dilaksanakan Februari 2012. Indonesia - Australia juga diharapkan dapat melakukan langkah tindak lanjut Asia Pacific Rain Forest Partnership (APRP), kerjasama peningkatan capacity building, dan mengundang Australia untuk bergabung dalam IPTC.
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi
- Masuk untuk komentar
- Daftar untuk komentar
